28.5.08

Ini masalah hati, bung!

Hufff... Akhirnya berakhir juga satu kerjaan, yaitu jadi operator USM, kerjaan yang bisa dibilang melakukan rutinitas, gak susah, tapi gak mudah juga... Yang sedang-sedang saja lah, yang penting dia setia (dangdut mode)...

Sejujurnya, saya sama sekali gak berminat membahas berapa besar iuran yang diberikan oleh peserta USM atau tentang bagaimana terkadang menjengkelkannya berurusan dalam hal seperti ini, karena kedua hal tersebut baiknya dilupakan saja, toh gak ada gunanya diinget juga, disamping mungkin ada hal-hal yang bersifat rahasia :)

Satu hal yang membuat pendaftaran ini menarik dan jadi bahan pemikiran adalah mengenai adanya calon peserta USM yang tidak membawa suatu persyaratan yang disyaratkan (ya iyalah persyaratan mah pasti disyaratkan) tapi di hari terakhir, dan dengan kondisi ia tidak mungkin memenuhi persyaratan tersebut akibat masalah tersebut, yang berakibat ia tidak jadi peserta USM kedepannya...

Sejenak bayangkan, bagaimana rekan-rekan jika berada di kondisi tersebut... Bayangkan...

Bagi saya sistem seperti itu adil, dan sangat adil... Kenapa adil? Karena toh gak ada yang diuntungkan dan dirugikan, lagipula persyaratan yang ada sudah jelas dituliskan oleh pembuat sistem. Seorang rekan (sebut saja PH), mengatakan sistem itu gak adil karena para calon peserta yang hadir di hari-hari sebelumnya mempunyai waktu setidaknya satu hari untuk melengkapi berkas persyaratan yang ia miliki. Bagi saya, sistem ini sudah sangat adil... Kenapa? Mereka yang membeli formulir di awal toh dapat giliran daftar di awal juga, begitu juga yang beli di akhir akan mendapat giliran daftar di akhir. Membeli formulir akhir-akhir bukan merupakan kesalahan, tapi ada konsekuensinya, ya salah satunya itu, ia tidak punya waktu sampai sehari untuk memperbaiki berkas persyaratan yang ia perlukan...

Jadi, masalahnya bukan pada keadilan, menurut saya... Ini semua masalah hati... Jika memang yang tidak dibawa oleh orang tersebut adalah formulir pendaftarannya ataupun ternyata ia tidak lulus UAN, sangat wajar jika ia ditolak... Tapi ini ia hanya lupa sebuah berkas persyaratan yang not that important meskipun memang penting. Tapi apa salahnya kalo ia diberi waktu lagi? Toh ia baru berbuat satu kesalahan, dan banyak rekan-rekannya yang melakukan satu atau lebih kesalahan yang masih diberi kesempatan hanya karena tanggal pendaftaran yang berbeda. Kesalahan memang pantas diberikan ganjaran, tapi apakah kesalahan sekecil itu pantas diberi ganjaran yang mungkin bisa berdampak sangat amat buruk (saya gak tahu pastinya, mungkin hal ini bisa terngiang di hati anak itu sampai satu bulan atau bahkan lebih).

Pemberian waktu tambahan, katakanlah satu hari khusus untuk perbaikan, ataupun pelengkapan pendaftaran, adalah sesuatu yang adil di mata peserta. Tapi menurut saya, cukup merugikan di mata panitia, bayangkan hanya untuk beberapa orang saja, panitia harus menghabiskan waktu sehari penuh (atau kurang atau lebih dari itu, tergantung waktu perbaikan tersedia), ini bagi saya, solusi yang adil, tapi kurang cerdas...

Solusi terbaik? Bagi saya, solusi terbaik adalah tetap, KESALAHAN HARUS DIBERI GANJARAN. Menurut saya, pemberian waktu tambahan dengan konsekuensi adalah sebuah solusi yang terpikir. Konsekuensinya apa? Mungkin ia harus membayar lebih akibat kesalahannya tersebut, akibat kelalaiannya yang mungkin membuat kesulitan bagi panitia (misal membuat penyusunan berkas yang lebih lama) dan agar solusi ini lebih terlihat, tuliskan dengan jelas di buku panduan, "Jika sampai batas akhir tidak mampu melengkapi berkas persyaratan dan masih ingin melengkapinya, diberi waktu tanggal xy-zw-abcd pukul ef.gh - ij.kl dan harus membayar sejumlah mnopqr rupiah". Uang emang gak gampang, kehilangan sejumlah mnopqr rupiah mungkin terasa berat, tapi yakinlah, kehilangan uang sejumlah itu tidak akan ada apa-apanya di hati dibandingkan dengan ditolak mengikuti ujian hanya karena masalah super kecil yang kurang prinsipil.

NB: Karena KESALAHAN HARUS DIBERI GANJARAN, sekalian aja sih menurut saya, kalo ada yang salah membulatkan formulir, salah mengisi lembar-lembar tertentu, salah yang lain-lain, pokoknya yang bikin panitia harus bekerja lebih banyak dari seharusnya jika keadaan normal, semuanya diberi ganjaran aja. Mungkin harus dipertegas semuanya. Menurut saya, tipikal orang Indonesia itu, kalau gak dikasi hukuman, dikit yang nurut.

No comments:

Post a Comment