1.12.08

Perusahaan penerima pekerja...

Resmi sudah plurk menjadi barang agak "haram" bagi saya, sejak kehadirannya, blog ini bahkan sampai terlantar hampir tiga bulan, ngeri kali pun...

BTW, saya mau cerita tentang sebuah perusahaan, perusahaan standar, software house... Tapi sistemnya canggih banget!

Jadi si perusahaan ini, begitu menerima spek yang cukup jelas dari satu perusahaan kliennya, dia langsung melombakan semua-muanya kepada orang-orang di seluruh dunia! Keren banget kan...

Yang bikin canggih, definisi semua-muanya tuh bener-bener semuanya! Mulai dari software design, software development, software assembly, bahkan ampe bug race!

Tentunya untuk menarik perhatian para programmer di seluruh dunia, si perusahaan ini menyediakan hadiah yang terbilang lumayan lah... Tentunya si perusahaan ini jadi lebih ringan biaya pengeluarannya, karena dia seperti meng-outsourcing-kan semua pekerjaan developing perangkat lunak... Amazing kan! Jadi dia gak perlu menggaji pegawai buat hal-hal tersebut lagi...

Gara-gara hal ini, saya dan seorang rekan saya pernah berbincang dan berkhayal (KTT* lah yang jelas), terutama menyangkut tingginya angka pengangguran di Indonesia... Saat ini, hampir di segala perusahaan di Indonesia, kalau ada lowongan kerja, maka pendaftarnya bejibun, nah hal ini akan dikomersialisasikan... Caranya? Baca paragraf selanjutnya :D

Jadi rencananya adalah sebagai berikut... Setiap pendaftar lowongan kerja diHARUSkan membayar sejumlah uang tertentu, kemudian jika ia lolos setiap tahap, maka ia akan mendapatkan sejumlah uang tertentu... Hanya itu, simple kan? Jadinya nanti pemasukan perusahaan dari pendaftar kerja, dan perusahaan tidak akan rugi sepeserpun karena pendaftar yang diterima akan diminimalkan seminimal mungkin :D

Kira-kira idenya feasible gak ya? :P

*KTT = Khayalan Tingkat Tinggi

21.9.08

Perubahan itu menyulitkan, kawan...

Udah lama gak nulis di blog, ini semua gara-gara plurk yang bikin kecanduan... Bahaya rekan-rekan, sebelum Anda berpikiran untuk bermain plurk, pastikan bahwa Anda memiliki bandwidth internet unlimited dan kecepatan mengetik yang lumayan (bukannya mencegah)

Perubahan selalu menyulitkan... Saya termasuk pihak yang cukup setuju dengan pernyataan tersebut...

Saya kira perubahan selalu menyebalkan, terutama bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya, lebih terutama lagi, bagi orang-orang yang sudah merasakan kenikmatan di dalam kondisi yang lama...

Dulu, sewaktu saya kuliah Sistem Informasi Enterprise, dosen saya, yaitu Pak Windy, pernah bercerita hal yang sama. Katanya, dalam setiap pembuatan sistem baru dari sebuah perusahaan, salah satu faktor utama yang biasanya jadi tolak ukur adalah kebertemanannya dengan pengguna (baca: user friendliness). Ini adalah hal yang kalo di SRS (Software Requirement Specification) biasanya masuk dalam SRS Non-Fungsional, dan sulit diukur secara objektif ketercapaiannya. Hal yang biasanya dijadikan faktor keberhasilan dari hal ini, umumnya dengan meminta umpan balik dari pengguna sesungguhnya, apakah mereka merasa bahwa sistem baru ini cukup berteman dengan dia (baca bagian "baca" di atas) atau tidak...

Dan percayakah teman-teman, bahwa untuk kasus sistem baru dipakai untuk menggantikan sistem lama, hampir semua hasilnya adalah, pengguna merasa sistem yang baru kurang berteman... Kenapa? Masalah kemudahan? Bukan... Ternyata masalah utamanya adalah pada "kebiasaan". Yup, kebiasaan, sebagian besar orang yang membenci sistem baru biasanya berkoar-koar hanya pada saat awal sistem baru itu muncul, dan percayalah, hanya ada dua pilihan dalam waktu yang lama, meninggalkan sistem baru tersebut dan dari sistem tersebut selamanya, atau, terpaksa atau tidak terpaksa, membiasakan diri dengan sistem baru yang ada.

Contoh kasus hal ini banyak, tidak usah jauh-jauh berbicara masalah pejabat kotor yang sudah terbiasa dengan kondisi negara, yang memudahkan dia melakukan korupsi, serta tidak suka jika negara dipimpin orang-orang atau lembaga-lembaga yang lebih benar. Masih banyak contoh yang lebih dekat dengan kita, misalnya Facebook atau Freekick, lihatlah berapa banyak orang yang menentang pergantian tampilan antarmuka dari kedua situs tersebut. Di awal-awal pasti banyak yang memprotes, tapi lihatlah kelanjutannya, berapa banyak yang bertahan lama dan tetap memprotes, saya yakin jumlahnya jauh lebih sedikit daripada orang-orang yang ada di dua kategori yang saya jelaskan pada paragraf sebelumnya.

Yah, itu aja sih... (ujungnya gak seru banget)

16.8.08

Menyontek tidak merugikan orang lain?

Sebenernya, yang bener apa? Menyontek atau mencontek? Saya tidak butuh jawaban "dua-duanya salah, yang bener ngerjain sendiri" karena bukan itu yang saya maksudkan di pertanyaan tersebut... Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang benar adalah menyontek, yang berarti kata dasarnya yang benar adalah sontek dan bukan contek

Kemaren, waktu sedang Sholat Jumat, saya mendengarkan khutbah Jumatnya (hihihi, biasanya saya agak-agak ngantuk) dan setelah saya mendengarnya, saya menyadari bahwa menyontek itu sangat merugikan orang lain...

Seorang teman saya pernah berkata, menyontek tidak merugikan orang lain, toh orang lain itu tidak terganggu, dan toh nilai si orang lain itu tidak akan terkena efek menyonteknya kita... Ternyata itu salah... Tidak peduli tipe dosennya seperti apa, menyontek dapat merugikan orang lain...

Tipe dosen itu ada dua... Yang tipe pertama menggunakan nilai fix sebagai batas nilainya, misalnya 80 A, 70 B, dst dst, dan tipe kedua menggunakan distribusi normal, yang berarti umumnya nilai-nilai cenderung merata dengan jumlah mahasiswa yang mendapat nilai B umumnya paling banyak... Sebenernya ada tipe ketiga dan keempat... Tipe ketiga itu yang me-random nilai mahasiswanya... Tipe keempat itu yang memberikan nilai yang sama untuk semua mahasiswanya... Tapi saya rasa dua tipe terakhir ini kurang relevan, jadi gak dimasukin...

Untuk dosen tipe kedua, sudah jelas menyontek dapat merugikan... Bayangkan, teman Anda yang seharusnya mendapat A, kemudian karena Anda melakukan sontekan (kaya maen bola aja), nilai Anda menjadi diatasnya, dan kemudian nilai teman Anda menjadi B akibat distribusi normal tersebut... Dosanya dobel, melakukan kegiatan sontek mengurangi nilai teman Anda cukup jauh...

Untuk dosen tipe pertama, meskipun tidak begitu kentara merugikannya, tapi tetap saja mungkin merugikan orang lain... Bayangkan sebuah perusahaan memberikan beasiswa, tapi syaratnya, mahasiswa tersebut harus masuk 50 peringkat teratas (dalam sisi nilai) di jurusannya pada angkatan tersebut... Seorang mahasiswa yang seharusnya berperingkat 50, akibat kecurangan Anda, akhirnya menjadi peringkat 51 (karena nilai Anda naik akibat kecurangan Anda) dan dia tidak bisa berusaha mendapatkan sang beasiswa...

Jadi... Jauhilah Sifat Mencontek!!! [ZFM08]

6.7.08

Pahlawan Jalanan

Pernah gak temen-temen bermimpi jadi "pahlawan" kaya Robin Hood? Meskipun dalam taraf yang agak sedikit berbeda, intinya menjadi orang untuk memperbaiki keadaan, tapi dengan cara yang salah... Pernah gak terpikir seperti itu?

Saya, jelas pernah...

Gatau sejak kapan kepikiran hal kayak gitu, mungkin sejak SMA kali yaa, ngeliat realitas (halah... realitas) bangsa ini yang carut-marut gini, pengen deh memperbaiki keadaan dengan cara yang agak kejam, kalo caranya sopan santun, dah gak jamannya lagi di Indonesia pake cara yang sopan santun, harus kasar sekalian kalo mau....

Satu-satunya hal yang kepikiran itu, benerin lalu lintas di jalan raya Indonesia... Okey ceritanya kita ambil kasus di Bandung dulu aja... Kayanya seru aja kalo kepikiran lalu lintas di Bandung rapi, tentram, gak pake macet, gak pake ada angkot-angkot tolol (baca: gak pake ada supir-supir angkot tolol). Kayanya suasana Bandung sedikit membaik lah, meskipun global warming tetep terjadi, tapi gapapa lah...

Langkah-langkah yang akan saya lakukan untuk menjadi penegak jalanan ini adalah:
1. Buat aturan "jalanan", semacam bikin rambu-rambu lalu lintas tidak resmi yang berguna untuk melengkapi rambu-rambu lalu lintas yang sudah ada, kemudian juga menambahkan halte-halte untuk angkot, supaya gak ada lagi angkot-angkot tolol, lalu menambahkan beberapa zebra cross, soalnya kayanya tempat nyebrang di Indonesia terlalu sedikit.

2. Bikin aturan-aturan di jalan, semacam MOTOR HARUS JALAN DI KIRI, BELOK HARUS DARI LAJUR YANG SESUAI, BELOK KANAN HARUS PAKE SIGN, JALAN HARUS DI LAJUR YANG VALID (TIDAK DI TENGAH-TENGAH), ANGKOT HANYA BOLEH BERHENTI DI HALTE, PENUMPANG HANYA BOLEH MEMBERHENTIKAN ANGKOT DI HALTE, MENYEBERANG HARUS DI ZEBRA CROSS, NAIK MOBIL HARUS MEMAKAI SEAT BELT.

3. Untuk setiap ketololan yang dilakukan pelaku jalanan, sebagai penegak jalanan yang tidak resmi, tentunya hukumannya juga hukuman jalanan. Mulai dari pengempisan ban kendaraan, pengempisan semua ban kendaraan, pelemparan kendaraan dengan batu, sampai penghancuran kendaraan (tanpa menghancurkan orangnya), dan di semua "hukuman" itu, bakal ada pesan pelanggaran yang dilakukan oleh pengemudi, semua tergantung beratnya "dosa" orang yang melakukan pelanggaran "Undang-undang Jalanan" ini.

Tapi, satu hal yang pasti, semua aturan diatas akan dijalankan diam-diam, sehingga semua orang yang kena "hukuman" tidak akan mengetahui siapa pelaku "keadilan" atas kejadian yang menimpa kendaraannya. Jadi ia tidak tahu harus menuntut ke siapa, pemerintah? Pemerintah juga tidak akan tahu siapa pelaku "keadilan" jalanan ini... Jadi pastinya saya akan membuat sebuah organisasi besar untuk mengawasi keadaan jalan-jalan di seluruh Bandung, kemudian menjalankan aksi "keadilan" untuk setiap pelanggar jalanan, tapi organisasi ini tidak boleh diketahui oleh siapapun, wawawawawa.... What a dream!

[OOT Mode]
Supaya bisa bikin organisasi sebesar itu, perlu dana yang besar, untuk punya dana yang besar, harus jadi kaya, untuk jadi kaya, harus kerja keras, untuk bisa kerja, harus lulus dulu, untuk lulus, harus selesain TA dulu... Ayo semangat TA!!
[/OOT Mode]

10.6.08

Jalan dimana yaa...

Pertanyaan yang beberapa kali terpikirkan di dalam benak, meski tidak merasuk ke dalam hati... Halah halah...

Menurut rekan-rekan, dimanakah tempat berjalan kaki untuk seorang pejalan kaki di jalan raya, pada kasus jalan tersebut adalah jalan 2 arah? Di arah yang sama dengan arah kendaraan atau di arah yang berlawanan? Beberapa teman saya, yang anak IF juga, yang sudah kena "racun" dari Bu Inge, berpendapat bahwa jalan dimanapun sama, dalam hal di Indonesia berarti di kiri selalu, yang berarti searah dengan arah kendaraan. Beda pendapat dengan saya, menurut saya, jalan itu seharusnya berlawanan dengan arah kendaraan melaju, yaitu di kanan (untuk kasus di Indonesia), meski saya tidak memungkiri bahwa "racun" dari Bu Inge ada benarnya, yaitu pada saat kita berjalan di jalan yang memang khusus pejalan kaki (misalnya di dalam mall atau di dalam labtek V), yang saya sendiri tidak tahu apa alasan saya setuju.

Mengapa saya berpendapat demikian? Alasannya sederhana saja menurut saya, menjaga keselamatan diri sendiri, terutama jika dilakukan di Indonesia. Di Indonesia, sedikit sekali trotoar yang berfungsi selayaknya, jadi orang berjalan di jalan raya, atau jalan untuk kendaraan. Bayangkan jika kita berjalan dan sering-sering harus melihat ke arah belakang, khawatir ada kendaraan melaju, apalagi dengan kecepatan tinggi. Sangat tidak aman menurut saya. Beda dengan jika kita berjalan di sisi kanan, kita akan melihat mobil dari arah yang berlawanan, sehingga merasa lebih aman (menurut saya itu loh). Untuk kasus tidak di Indonesia, atau di negara di mana fungsi trotoar benar sebagaimana mestinya, saya pun tidak merasa ada yang salah dengan pendapat saya, karena tetap lebih aman dan lebih memungkinkan untuk menghindari kecelakaan.

Jadi, gimana pendapat rekan-rekan sekalian??

28.5.08

Ini masalah hati, bung!

Hufff... Akhirnya berakhir juga satu kerjaan, yaitu jadi operator USM, kerjaan yang bisa dibilang melakukan rutinitas, gak susah, tapi gak mudah juga... Yang sedang-sedang saja lah, yang penting dia setia (dangdut mode)...

Sejujurnya, saya sama sekali gak berminat membahas berapa besar iuran yang diberikan oleh peserta USM atau tentang bagaimana terkadang menjengkelkannya berurusan dalam hal seperti ini, karena kedua hal tersebut baiknya dilupakan saja, toh gak ada gunanya diinget juga, disamping mungkin ada hal-hal yang bersifat rahasia :)

Satu hal yang membuat pendaftaran ini menarik dan jadi bahan pemikiran adalah mengenai adanya calon peserta USM yang tidak membawa suatu persyaratan yang disyaratkan (ya iyalah persyaratan mah pasti disyaratkan) tapi di hari terakhir, dan dengan kondisi ia tidak mungkin memenuhi persyaratan tersebut akibat masalah tersebut, yang berakibat ia tidak jadi peserta USM kedepannya...

Sejenak bayangkan, bagaimana rekan-rekan jika berada di kondisi tersebut... Bayangkan...

Bagi saya sistem seperti itu adil, dan sangat adil... Kenapa adil? Karena toh gak ada yang diuntungkan dan dirugikan, lagipula persyaratan yang ada sudah jelas dituliskan oleh pembuat sistem. Seorang rekan (sebut saja PH), mengatakan sistem itu gak adil karena para calon peserta yang hadir di hari-hari sebelumnya mempunyai waktu setidaknya satu hari untuk melengkapi berkas persyaratan yang ia miliki. Bagi saya, sistem ini sudah sangat adil... Kenapa? Mereka yang membeli formulir di awal toh dapat giliran daftar di awal juga, begitu juga yang beli di akhir akan mendapat giliran daftar di akhir. Membeli formulir akhir-akhir bukan merupakan kesalahan, tapi ada konsekuensinya, ya salah satunya itu, ia tidak punya waktu sampai sehari untuk memperbaiki berkas persyaratan yang ia perlukan...

Jadi, masalahnya bukan pada keadilan, menurut saya... Ini semua masalah hati... Jika memang yang tidak dibawa oleh orang tersebut adalah formulir pendaftarannya ataupun ternyata ia tidak lulus UAN, sangat wajar jika ia ditolak... Tapi ini ia hanya lupa sebuah berkas persyaratan yang not that important meskipun memang penting. Tapi apa salahnya kalo ia diberi waktu lagi? Toh ia baru berbuat satu kesalahan, dan banyak rekan-rekannya yang melakukan satu atau lebih kesalahan yang masih diberi kesempatan hanya karena tanggal pendaftaran yang berbeda. Kesalahan memang pantas diberikan ganjaran, tapi apakah kesalahan sekecil itu pantas diberi ganjaran yang mungkin bisa berdampak sangat amat buruk (saya gak tahu pastinya, mungkin hal ini bisa terngiang di hati anak itu sampai satu bulan atau bahkan lebih).

Pemberian waktu tambahan, katakanlah satu hari khusus untuk perbaikan, ataupun pelengkapan pendaftaran, adalah sesuatu yang adil di mata peserta. Tapi menurut saya, cukup merugikan di mata panitia, bayangkan hanya untuk beberapa orang saja, panitia harus menghabiskan waktu sehari penuh (atau kurang atau lebih dari itu, tergantung waktu perbaikan tersedia), ini bagi saya, solusi yang adil, tapi kurang cerdas...

Solusi terbaik? Bagi saya, solusi terbaik adalah tetap, KESALAHAN HARUS DIBERI GANJARAN. Menurut saya, pemberian waktu tambahan dengan konsekuensi adalah sebuah solusi yang terpikir. Konsekuensinya apa? Mungkin ia harus membayar lebih akibat kesalahannya tersebut, akibat kelalaiannya yang mungkin membuat kesulitan bagi panitia (misal membuat penyusunan berkas yang lebih lama) dan agar solusi ini lebih terlihat, tuliskan dengan jelas di buku panduan, "Jika sampai batas akhir tidak mampu melengkapi berkas persyaratan dan masih ingin melengkapinya, diberi waktu tanggal xy-zw-abcd pukul ef.gh - ij.kl dan harus membayar sejumlah mnopqr rupiah". Uang emang gak gampang, kehilangan sejumlah mnopqr rupiah mungkin terasa berat, tapi yakinlah, kehilangan uang sejumlah itu tidak akan ada apa-apanya di hati dibandingkan dengan ditolak mengikuti ujian hanya karena masalah super kecil yang kurang prinsipil.

NB: Karena KESALAHAN HARUS DIBERI GANJARAN, sekalian aja sih menurut saya, kalo ada yang salah membulatkan formulir, salah mengisi lembar-lembar tertentu, salah yang lain-lain, pokoknya yang bikin panitia harus bekerja lebih banyak dari seharusnya jika keadaan normal, semuanya diberi ganjaran aja. Mungkin harus dipertegas semuanya. Menurut saya, tipikal orang Indonesia itu, kalau gak dikasi hukuman, dikit yang nurut.

22.5.08

Quote of the day...

Di negara maju manapun tak ada angkot...

Karena..

Angkot penghambat kemajuan bangsa

7.5.08

Naikkan harga bensin!!!

Di saat banyak orang berpikiran yang sebaliknya, saya justru berpikiran seperti ini...

Kenapa saya berpikir demikian? Karena saya punya otak untuk berpikir... Bukan lah, itu sih jawaban untuk "kenapa saya berpikir?"

Alasannya adalah begini:
  • Sekarang, harga premium di Indonesia kalo gak salah itu 4500 rupiah per liter, dan tahukah berapa harganya di dunia saat ini? Yup, terakhir kali saya dengar dari berita, harga minyak dunia saat ini sudah menembus 120 dolar per barelnya. Setelah cek sama mbah Google, saya ketahui bahwa 1 barel itu 117.347765 liter, dan 1 dolar itu 9174,31193 rupiah. Dengan perhitungan cukup sederhana, diperoleh harga per liter adalah sekitar 9380 rupiah... Jauh sekali perbedaan harga di Indonesia dengan dunia, bayangkan betapa banyak jumlah uang yang harus disubsidi oleh pemerintah..

  • Saat ini isu yang paling panas adalah isu pemanasan global, karena memang pemanasan global bikin panas dunia... Salah satu sumber pemanasan global adalah karbondioksida, dan salah satu sumber karbondioksida adalah kendaraan bermotor... Dengan semakin mahalnya harga bensin, maka semakin sedikit jumlah kendaraan (dengan asumsi semakin banyak orang menggunakan kendaraan umum), nantinya orang-yang-pergi-ke-tujuan-yang-jauh atau orang-yang-emang-bingung-mau-buang-uang-kemana aja yang pake kendaraan bermotor, khususnya mobil.. Sisanya bisa lah naek angkot, bis, atau sepeda, atau bahkan berjalan kaki...

  • Faktor penyebab kemacetan yang utama adalah kendaraan, bayangkan betapa nikmatnya dunia tanpa banyak kendaraan berlalu-lalang (waktu angkot demo aja udah terlihat nyaman)

  • Saya, sampai saat ini, tidak berkendaraan pribadi :D (ini alasan gak penting)
Jadi, kalau ada gosip-gosip pemerintah mau naikin harga premium jadi 6000 per liter, saya setuju sekaligus kurang setuju, setuju karena alasan-alasan diatas, kurang setuju karena harusnya naiknya lebih banyak lagi... 3380 dari 9380 itu masih lebih dari 30%, terlalu besar untuk subsidi...

NB: Masalah-masalah yang ditimbulkan nantinya, seperti kebutuhan akan kendaraan umum yang nyaman (kendaraan umum terbanyak di Jawa adalah angkot, angkot adalah kendaraan umum dengan kenyamanan kedua terendah di Indonesia, yang pertama bis), penanganan kebutuhan terhadap masyarakat menengah ke bawah, dan lain-lain, sebaiknya segera diselesaikan oleh pemerintah, karena dengan jumlah subsidi yang diperkecil, semakin besar dana yang tersedia... Harusnya masalah kaya gini bisa diselesain sama pemerintah yang bener, sekali lagi, sama PEMERINTAH YANG BENER...

13.4.08

Perlukah dilanjutkan??

Banyak request... Minta komen ke anak-anak IF'04 dilanjutin... Tapi capek... Perlu dilanjutin gak? Apa saya rekrut orang buat ngelanjutin ngomenin yang lain? Gimana ya? Bingung nih... Kalopun dilanjutin, kayanya saya pilih2 orangnya yaa, yang gak begitu saya akrab dan saya takut ngomenin jadi kenapa-kenapa, mending dilewat :D Ato gausah aja ya?

8.4.08

Ujian Open Book, adilkah???

Pertanyaan tersebut terbersit di pemikiran saya...

Adilkah ujian Open Book (untuk selanjutnya disebut OB). Bagi saya, ini ujian yang 90% adil, dan akan menjadi adil, jika sarana dan prasarana di kampus sangat memadai. Mengapa demikian? Karena ujian OB berarti menguntungkan (sedikit maupun banyak) mereka yang memiliki buku, dan untuk mendapatkan buku itu, perlu keluar biaya yang tidak sedikit (kecuali perpustakaan memiliki cukup banyak buku yang sama, dan inilah alasan mengapa saya mengatakan ini menjadi adil jika sarana dan prasarana di kampus sangat memadai)... Secara logika, hampir tidak mungkin perpustakaan menyediakan buku sebanyak jumlah mahasiswa, setidaknya di IF, jumlah buku kuliah per mata kuliah mungkin hanya sekitar 3-5 buku saja... Jadi itu sebabnya, bagi saya ujian ini 90% adil.

Mengapa angkanya masih cukup tinggi? Karena yang kurang mampu beli bukunya, mungkin bisa meng-copy beberapa bagian saja, makanya tingkat keadilannya masih cukup tinggi.

Kemudian, dari sini, biasanya terpikir... Adilkah ujian Open Anything (selanjutnya disebut OA). OA disini berarti boleh buka Laptop dan buku. Bagi saya, ini ujian yang tingkat keadilannya 15%, dan mungkin menjadi 100% jika sarana dan prasarana kampus gila-gilaan. Kenapa? Karena laptop bukan barang murah, dan hampir mustahil sebuah kampus menyediakan laptop untuk setiap mahasiswanya... Selain itu, jika dua mahasiswa, sebut saja si A dan si B, kemudian si A menggunakan buku, si B menggunakan laptop, bisa dipastikan si B bisa lebih cepat menemukan apa yang ia cari, teknologi ctrl+F mungkin harus di-disable kalo mau meningkatkan tingkat keadilannya... (emang bisa ya?) :P

Ternyata, ada juga dosen yang lebih aneh lagi, sistem ujiannya bahkan Open Laptop (OL) (dan tidak boleh buka buku). Dari penjelasan diatas aja, saya bisa menarik kesimpulan ini ujian yang sama sekali tidak adil...

Dosen yang baik adalah dosen yang memaksa mahasiswanya belajar, atau setidaknya membaca, dan menciptakan ujian Open Notes (ON) dengan maksimal sekian lembar kertas. Ini, bagi saya ujian yang 100% adil...

Dari 4 tipe ujian diatas, jadi dapat disimpulkan, bahwa ujian ON paling adil. Meskipun demikian, masih ada satu tipe ujian yang adil juga, yaitu ujian Closed Book. That's all folks...

26.3.08

Kebodohan di dunia IT...

Pertanyaan: Kebo kebo apa yang salah? Jawab: kebodohan...

Okey... kita masuk ke intinya, inilah kebodohan dalam dunia IT yang pernah saya lakukan...
1. Waktu jaman-jaman masih muda, kan sempet tuh KP (padahal gak nyampe setaun yang lalu). Nah, terus tuh si Antok (bukan nama samaran) minta dikirimin suatu file (berkas) (saya juga lupa filenya apa). Terus karena saya berprinsip "di dunia gak ada yang gratis, mau masuk WC aja bayar", maka saya berniat mem-password (sandi) berkas tersebut. Kemudian, saya tidak mau si Antok bisa meng-copy paste passwordnya, alhasil dengan segala niat saya membuat berkas .jpg (JPEG) untuk menuliskan sandi dari berkas tersebut. Setelah itu berkas sandi tersebut saya satukan bersama dengan berkas yang diminta oleh Antok, kemudian saya buat menjadi archive (arsip) menggunakan Win***, dan saya sandikan arsip tersebut, tentunya dengan sandi yang tadi saya tuliskan di dalam berkas sandi (yang .jpg itu loh).

Sudah terlihatkah kebodohannya? Masih belum? Oke... Kita lanjutkan saja ceritanya...

Keesokan harinya, Antok mengirim pesan singkat (mengirimkan sms) ke saya... Dia bertanya kurang lebih begini, "Zak, password buat extract-nya apaan?" Tentunya saya dengan gaya yang pongah menjawab "Loh, kan ada di file .jpg-nya", dia pun membalas lagi "Loh, file itunya juga kan di dalem archive, gimana bisa liat. Yaudah sekarang smsin aja passwordnya". Saya pun terdiam... tak kulakukan... Apa yang tak kulakukan? Tentunya saya hanya bisa mengirimkan pesan singkat ini ke Antok "Sori Tok, saya juga dah lupa apa passwordnya, saya kirim ulang deh filenya, tanpa password!".

2. Kemaren, waktu bantu2in si Upik (lagi2, bukan nama samaran) yang sedang meng-install ulang komputernya yang katanya sih sering BSOD (bukan Bumi Serpong Of Damai). Terus dia minta kirimin ***RaR (sama ama yang di nomer 1), dan setelah cari sana cari sini, saya kirimkanlah berkas-berkas yang dibutuhkan ke si Upik. Karena berkasnya ada beberapa, ya saya arsipkan biar lebih gampang...

Sekarang, jelas terlihat dong kebodohannya? Masih aja belum? Pasti logikanya sedikit nih... Oke lanjut aja...

Terus setelah berkasnya terkirim, si Upik nanya (via YM), "Zak, ama si Yaho* kedetect ada virus nih, pasti gara2 ada .exe nih", saya pun bales, "waduh gimana ya, bingung juga" (dan dalam hati masih yang terpikir adalah, kayanya kirim ulang aja, terus si .exe-nya ganti aja jadi .txt, kan gak kedetect virus tuh.. gapapa kayanya ngirim agak lama lagi, yang penting si Upik dapet)... Tak lama berselang (halah bahasanya), si Upik nanya lagi, "Zak, kok file-nya .rar sih, aku bukanya pake apa?"... Ku terdiam... tak kulakukan... Kali ini pun, sekali lagi hanya bisa berkata "saya kirim ulang deh", dia pun membalas "jangan di-rar ya"...

Sudah cukup bodohkah saya? Masih belum? Oke, ini yang terakhir, tapi yang terakhir ini kebodohan rutin yang saya lakukan...

Kalo ada orang minta berkas dalam jumlah yang banyak dan ia memberikan Flash Disk-nya (FD) ke saya untuk minta dikopikan, kemudian berkas-berkas tersebut belum terbungkus dalam satu tempat (di satu direktori misalnya), biasanya saya buat direktori dulu di komputer saya, buat menyimpan berkas-berkas tersebut... Dan biasanya setelah berkas-berkas tersebut terkumpul, saya langsung menekan icon "Remove Hardware" yang ada di kanan bawah...

Udah tau kan bodohnya dimana? Kalo masih gatau, pasti kamu gak masuk 10 besar diantara temen2mu di Who Has The Biggest Brain ya?

Jelas kan kebodohannya? Saya langsung me-remove itu hardware sebelum mengkopikan berkas-berkas tersebut! Jadilah pada saat saya mengembalikan FD ke sang pemiliknya, dia biasanya bertanya, "loh, filenya dimana Zak?", dan biasanya dengan cukup cepat saya balas "lah kan ada tuh folder blablabla", dan pasti langsung ditimpali "gak ada tuh Zak"... Setelah cek sana cek sini, akhirnya berkesimpulan, berkas-berkasnya belum dikopikan... Dasar bodoh...

[OOT mode]
Masih berkaitan dengan kebo... Pertanyaannya adalah: Kebo apa yang bosan dan gak berat? Penjawab benar pertama (selain orang-orang yang main kartu bareng yang udah tau waktu itu) ditraktir makan apapun dimanapun* :D

*Syarat dan ketentuan berlaku (akan di-publish kemudian)
[/OOT mode]

3.3.08

Sebuah Pemikiran... (lagi... dan lagi...)

Menurut Anda, pengemis mana yang perlu lebih dikasihani?

1. Pengemis yang kotak uangnya kosong
2. Pengemis yang kotak uangnya berisi beberapa uang receh (kurang dari 10)

Entah kenapa, dengan pemikiran yang nerd ini, saya lebih mengasihani yang nomor 2... Pemikiran nerd-nya cukup sederhana, hati kecil ini bicara, "ah kalo kotaknya kosong sih, pasti kalo dikasi uang langsung ditaro di saku/tas/tempat yang lain, kalo kotaknya ada isinya beberapa, kasian juga yang ngasi baru dikit"

Bagaimana pendapat teman-teman / rekan-rekan semua?

15.2.08

Sulit...

Inggriani Liem, atau akrab dipanggil dengan Bu Inge, begitulah ia biasa disapa.

Dosen yang satu ini, dosen yang sangat luar biasa, mungkin di sebagian anak IF (terutama yang pernah diajarnya), ia udah dianggap "dewa", apapun yang ia katakan selalu benar...

"Jadilah orang waras di dunia yang gila ini." Begitulah kata-katanya yang terlontar ketika seseorang tidak memrogram dengan baik, dan pasti terngiang di sebagian besar telinga kami. Bukan hanya dalam pemrograman, dalam segala bidang kehidupan, ia telah membuat anak IF menjadi lebih taat-asas.

Apa yang dikatakannya ternyata tidak salah. Dunia memang telah gila. Orang antri dibilang nerd, orang ngobrol dibilang autis...

Bu Inge, dosen yang kami hormati itu, ternyata bukan dewa, ia juga bisa salah... Mas-mas itu emang gak ganteng...Hwahahaha

1.2.08

Dua buah pemikiran...

Meneruskan jejak Sebuah pemikiran, saya buat dua buah pemikiran kali ini...

Waktu SMA (apa SMP ya? Lupa lah), di akhir-akhir semester pernah ada guru yang memasang pengumuman (kurang lebih) seperti ini...
Bag siswa yang mendapat nilai akhir Biologi 4 atau 5, diperbolehkan mengikuti ujian perbaikan dengan ketentuan nilai akhir sebagai berikut:
Untuk yang mendapat nilai 4, jika nilainya diatas 7.5, maka nilai akhirnya adalah 6, dan jika nilainya diatas 8.5, maka nilai akhirnya adalah 7
Untuk yang mendapat nilai 5, jika nilainya diatas 8, maka nilai akhirnya adalah 6, dan jika nilainya diatas 9, maka nilai akhirnya adalah 7
Dua hal yang membuat saya bingung:
1. Kenapa untuk yang nilainya 4 justru butuh usaha lebih kecil untuk memperoleh nilai tertentu dibandingkan untuk yang nilainya sudah 5? Apakah guru tersebut berpendapat "kan yang 4 untuk dapet 7.5 aja mungkin masih lebih susah daripada yang nilainya 5 untuk memperoleh nilai 8". Kalo iya, cara berpikir yang aneh, dan BURUK pastinya. Harusnya kalo mau lebih adil kan ya nilainya pake persentase nilai sebelum ujian perbaikan dan nilai ujian perbaikannya itu sendiri, jadi bukan berdasarkan pemikiran kaya gitu...

2. Kenapa yang nilainya 6 tidak diperbolehkan mengikuti ujian tersebut?? Sangat tidak adil jika yang mendapat nilai 4 atau 5 dapat memperoleh nilai 7, sedangkan yang sudah memperoleh nilai 6 tidak dapat memperoleh hal yang serupa... Kalo gitu sih, mendingan dapet nilai 4 atau 5 daripada 6, soalnya nantinya nilainya bisa 7...

Intinya, guru tersebut (dalam hal pemikiran, untuk pemberian ujian perbaikan) adalah guru yang BODOH... Dan adakah dosen yang seperti guru tersebut? Semoga saja tidak ada...

NB: Kalo yang nilainya 3, 2, ama 1 jelas gak dibahas disini... Soalnya emang gak ada yang nilainya segitu, jadi dalam hal ini, hal tersebut wajar..