14.10.11

Keanehan keluarga...

Ini adalah cerita nyata tentang suatu keluarga, keluarga yang tidak biasa tapi benar-benar nyata... Yaitu, keluarga saya sendiri... Eh, maksudnya keluarga dari ayah dan ibu saya, yang terdiri dari ayah saya, ibu saya, dan anak-anaknya, termasuk saya, yang paling lucu...

Beberapa keanehan, mulai dari kurang aneh sampai yang paling aneh adalah sebagai berikut:

1. Untuk yang ini, khusus untuk kami berempat (saya, kakak-kakak, dan adik), semuanya pergi... ke Eropa untuk melanjutkan S2... Gatau ini aneh ato nggak deh...

2. Membiasakan diri untuk tidak makan nasi putih di kala sarapan. Ini adalah kebiasaan yang luar biasa anehnya! Berlebihan sih, tapi ya itu... Di kala sebagian besar orang Indonesia menganggap belum makan jika belum makan nasi, kami malah sudah terbiasa dengan makanan non-nasi di kala sarapan, walau kadang-kadang makan nasi, tapi nasi goreng...

3. Untuk yang nomer ini, khusus untuk kami bertiga (saya dan kakak-kakak saya), karena selain adik saya, yang bisa dibilang agak nyeleneh, semuanya satu selera... Mulai dari musik (lagu-lagu jadul), pakaian (celana panjang non-jeans), bahkan jurusan kuliah (Informatika) pun sama... Beda sekali dengan gaya adik saya yang suka lagu-lagu rock jaman kini, pakaian-pakaian yang gayanya aja terlihat beda, dan jurusan yang juga beda sendiri, yaitu SBM...

4. Momen wisuda bisa dianggap momen yang biasa-biasa saja... Tidak ada bedol desa untuk menghadiri wisuda anggota keluarga yang lain... Sebagai catatan, satu-satunya wisuda saudara saya yang saya hadiri adalah wisuda kakak kedua saya, itu pun karena saat itu saya bertindak sebagai salah satu panitia wisudaan tersebut :D

5. Masih menyambung dengan nomer 4, tidak ada foto-foto wisuda... Silakan datang ke rumah (ayah) saya, maka tidak akan Anda dapati satupun foto wisuda! Oh well, ada satu deng, foto ayah saya sewaktu lulus S2, berjabat tangan dengan rektor saat itu, Pak Kusmayanto, tapi that's it! Gak ada lagi...

6. [UPDATED!] Lagi-lagi yang ini khusus untuk kami bertiga (saya dan kakak-kakak saya). Kami bertiga menikah dengan rekan kuliah, satu ITB, satu fakultas, satu program studi, dan bahkan satu angkatan... Hehehe

18.6.11

Annoying Country Personalization Website

Oke, kali ini saya ingin bercerita, duduk ya semuanya... *caelah*

Jadi begini ceritanya, berhubung lokasi saya yang sedang tidak di Indonesia, saya jadi sering ngenet... Eh nggak deng, di Indonesia juga sering ngenet... Intinya bukan itu, intinya adalah, dengan berasumsi saya sedang berada di negara XYZ, seringkali saat saya membuka suatu situs, si situs tersebut dengan "pintar"-nya melakukan satu dari dua hal ini:
1. Melakukan redirect ke halaman negara XYZ situs yang bersangkutan
2. Mengganti bahasa isi dengan bahasa negara XYZ

Sampai di sini, kelihatannya bukan masalah besar, karena saya akan selalu bisa kembali ke situs XYZ berbahasa Inggris, tapi ternyata, tidak oh tidak saudara pemirsa pemirsi permisi saya mau lewat... Situs seperti google menyediakan fitur menyenangkan yang menghilangkan anoyansi gangguan tersebut, yaitu dengan mengeklik* menuju google.com/ncr dan untuk selanjutnya kita akan selalu disuguhkan google berbahasa Inggris... Beberapa situs lainnya menyediakan pilihan untuk mengganti bahasa menjadi bahasa Inggris, tapi sebagian situs yang lain tidak akan membiarkan hal itu terjadi (berlebihan)

Oke, jadi inti yang ingin saya sampaikan di sini adalah, kembalikan hal pelanggan untuk menuju ke situs berbahasa Inggris!
Sekian dan terima kasih.

*Menurut aturan bahasa Indonesia, apabila kita menambahkan imbuhan me- terhadap kata yang terdiri atas satu suku kata, maka awalannya harus menjadi menge-

4.4.11

The Power of Procrastination

Procrastination, istilah yang baru saya kenal dari blog, lewat komen Fajri Hanny di postingan ini (maaf, komennya sudah tiada karena saya menggunakan fitur HaloScan yang sekarang sudah tidak gratis lagi).

Procrastination, atau kebiasaan menunda-nunda, adalah sifat yang tercela. Pekerjaan menunda-nunda pekerjaan (funny, eh?) disebut procrastinate, sedangkan orang yang senang menunda-nunda pekerjaan adalah procrastinator, atau dalam bahasa umumnya, deadliner...

Procrastinator memiliki motto "jangan kerjakan hari ini pekerjaan yang bisa dikerjakan esok hari"... Baginya, mengerjakan sesuatu jauh-jauh hari adalah sebuah kesalahan besar, karena fokus untuk mengerjakan hal tersebut pasti tidak begitu tinggi, dibandingkan dengan mengerjakan sesuatu dekat dengan tenggat waktu (atau tenggang waktu?), dengan adrenalin yang tinggi, konsentrasi yang tinggi, dan tingkat stress yang sangat tinggi pula.

Saat diberikan pekerjaan yang penting, maka seorang procrastinator akan memilih mengerjakan hal-hal yang kurang penting atau tidak penting. Pekerjaan penting itu baru akan dikerjakan jika ada pekerjaan yang sangat penting. Sedangkan pekerjaan yang sangat penting akan dikerjakan menjelang deadline. Sebagai contoh, postingan ini, saya sudah menjanjikan akan nge-post blog kepada Amalia Rahmah dan Fajrin Rasyid sejak lebih dari sepekan yang lalu, tapi saya justru "sibuk" bermain game, ngeplurk, dan melakukan kegiatan yang nggak guna. Blog ini baru ditulis setelah saya mulai merasa inilah waktu untuk mengerjakan tesis. Dan jangan salah, di tengah-tengah menulis blog ini, ajakan dari Sherry Bayu untuk bermain boardgame jelas tidak akan saya lewatkan. Di sini terlihat pentingnya prioritas, dan saya melakukan itu dengan baik, meskipun tidak dengan benar :D

Untuk seorang mahasiswa, seorang procrastinator biasanya memiliki sifat yang cukup unik. Misal, terdapat sebuah tugas yang batas waktu (biar gak bingung tenggang vs tenggat) pengumpulan seharusnya 2 hari lagi, kemudian diundur oleh sang dosen yang baik hati menjadi 1 minggu kemudian. Mahasiswa procrastinator mungkin saja merasa kecewa, dengan alasan sudah ada tugas lain ber-deadline minggu depan, sehingga akan sangat sulit baginya untuk mengerjakan beberapa tugas sekaligus menjelang deadline tersebut. Dan ini benar-benar terjadi. Ini kisah nyata! *apa sih, Zak*

Pun saat pemberian tugas oleh sang dosen (atau asisten), bukan apa tugasnya, bagaimana mengerjakannya, atau sesulit apa perkiraan dia tentang tugas yang akan ada di benak seorang procrastinator, yang ada di benaknya hanyalah kapan deadlinenya, dan nantinya 2-3 hari sebelum sang deadline, dia bertanya kepada yang lain tentang tugas yang harus dikerjakan. Disinilah ke-fardhukifayah-an adanya orang yang tidak deadliner.

Dibalik segala keburukan procrastinator, saya pribadi berpendapat procrastination bukanlah sifat terburuk seorang mahasiswa. Walau tingkatannya mungkin di bawah Ngemeng Engineering, akan tetapi masih ada dua hal yang menurut saya pribadi masih lebih rendah daripada procrastination. Yang pertama adalah GB, alias Gaji Buta, dan yang terburuk adalah kebiasaan mencontek.

Akhirul kata, salah seorang rekan saya, bernama Hasanul Hakim pernah berujar, "mendingan deadliner daripada nggak. Kalo nggak deadliner, semua waktu habis buat ngerjain tugas, kalo deadliner, waktu kerja cuma 2-3 hari, sisanya bisa senang". Sekian

5.3.11

Sepenggal Kisah Lalu

Kemarin di tengah-tengah pelajaran Knowledge Representation and Ontologies, saat itu sang dosen sedang membahas tentang formalisasi Unified Modeling Language (UML) ke First Order Logic, tiba-tiba pikiran ini melayang ke masa-masa paling indah, masa-masa di sekolah. Pada saat itu saya bertanya-tanya, "kok di kelas malah pikirannya kemana-mana?"

Oke, itu tidak penting. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba terbayang masa-masa SMP, saat saya masih lugu dan lucu (sekarang udah gak begitu lugu, tapi masih lucu yang jelas). Perlu diketahui, sampai akhir SMP saya benar-benar bertolak belakang dengan jelangkung. Makhluk itu, tidak peduli dengan eksistensinya, (menurut tagline film yang berjudul sama) "datang tak dijemput, pulang tak diantar". Nah, saya sampai selesai SMP masih diantar-jemput oleh supir di rumah.


Skip this paragraph, please!! Sebelum masuk ke tahap yang lebih jauh, saya akan sedikit membahas terminologi yang saya garis bawahi. Menurut de Morgan's Law, negasi dari konjungsi dua buah proposisi adalah disjungsi dari negasi masing-masing proposisi, atau dalam bahasa matematikanya ~(A^B) = ~AV~B. Pada kasus di paragraf kedua, bentuk negasinya sebenarnya cukup "datang dijemput atau pulang diantar", akan tetapi jika keduanya benar, sebenernya tetap benar, oleh karena itulah saya gunakan frase BENAR-BENAR.

Kembali ke masalah SMP tadi. Akibat hal tersebut, saat yang paling saya sukai adalah Minggu pagi, karena hari itu ada ekstrakulikuler bulutangkis di sekolah. Selain itu yang "menyenangkan" adalah kebebasan jam pulang karena saya pulang sendiri naik angkot. Hal yang menyenangkan lainnya, selain bulutangkis dan kebebasan waktu pulang, adalah saat diantara keduanya.

Tiada banyak yang saya (dan teman-teman) lakukan di masa itu. Jajan, jalan-jalan (tidak lama juga), menghirup udara Bandung yang (dulu masih) segar. Tapi entah mengapa, kadang hal-hal kecil dan sederhana seperti itu terasa luar biasa menyenangkannya.

Dan tadi saat "layangan" pikiran itu kembali ke kelas, barulah kusadari, terasa betapa "menderitanya" kehidupanku saat ini.

1.3.11

24, 25, and 26....

... adalah batas usia youth di sebagian besar wilayah Eropa. Untuk selanjutnya, istilah youth akan diganti dengan kawula muda.

Itulah salah satu alasan, jika ingin berkuliah di Eropa dan berjalan-jalan adalah salah satu tujuan sampingan utama (tujuan sampingan yang diutamakan), bersegeralah! Hal ini juga berlaku jika bepergian ke Eropa hanya untuk berjalan-jalan. Alasannya jelas, perusahaan-perusahaan transportasi (umumnya transportasi darat) dan tempat wisata umumnya memberikan harga yang berbeda, lebih murah tentunya, untuk mereka yang masuk kategori ini. Lebih lanjut, jika memang terdaftar sebagai mahasiswa, ada kemungkinan mendapat diskon lebih (atau, mereka yang mendapat diskon hanya mahasiswa yang kawula muda, atau kawula muda yang mahasiswa). Sayangnya hal ini tidak berlaku untuk restoran-restoran atau tempat makan.

Tidak ada penjelasan mengenai aturan resmi, tiap negara, bahkan tiap tempat bisa memiliki aturan yang berbeda. Mungkin saja untuk masuk bangunan A di kota X, ada diskon untuk mereka yang berusia dibawah 25 tahun, tapi bangunan B di sebelahnya memberi diskon untuk mereka yang berusia dibawah 26 tahun. Atau bangunan C memberi diskon untuk mereka yang berusia dibawah 25 tahun dan mahasiswa, atau mungkin saja bangunan D memberi diskon untuk mereka yang mahasiswa, tidak peduli usianya, atau beberapa aturan yang tidak tercakup disini, seperti, hanya mahasiswa yang berkuliah di Uni-Eropa saja yang mendapat diskon, dan sebagainya.

Saya sendiri cukup beruntung dalam kasus ini. Sewaktu di Portugal, harga tiket transportasi (bulanan) berbeda untuk mereka yang berusia dibawah 24 tahun DAN berstatus mahasiswa di Portugal (diskon 50%). Sedangkan sekarang di Italia, harga tiket transportasi (tahunan) berbeda untuk mereka yang berusia dibawah 26 tahun DAN berstatus mahasiswa di Italia (harga khusus, 100 euro per tahun untuk seluruh alat transportasi murah dalam satu regional). Andai kasus perpindahan saya dibalik (dari Italia ke Portugal), saya tidak akan mendapatkan kemudahan itu di Portugal tentunya.

Demikian dan terima kasih.

24.2.11

Not so important posting...

Perjalanan yang kutempuh selama 5 hari ke Lisbon kemarin telah memberikan cukup banyak pelajaran.

Bukan hanya bahwa tidak semua orang memiliki cara berpikir yang sama terhadap suatu masalah apalagi untuk memahami pandangan yang berbeda tersebut, bukan pula sekadar mengetahui bahwa hidup saya yang hampir satu tahun di wilayah ibukota Portugal tersebut ternyata masih belum cukup untuk mengetahui, apalagi memahami, sejarah kota itu. Bukan pula menyadari bahwa perjalanan Bolzano-Milano membutuhkan waktu lebih lama daripada perjalanan Milano-Lisboa.

Lebih dari itu semua, menyadari arti penting seorang sahabat dan lebih kepada penjagaan diri, karena sebuah kesalahan "kecil" di masa lalu dapat mengakibatkan luka yang dapat menjadi penyesalan di masa yang akan datang.

Untukmu, sahabatku, terima kasih untuk maafmu dan pelajaran hidup yang telah kau berikan. Lupakan masa itu dan tataplah masa depan yang, Insya Allah, lebih cerah.