1.12.08

Perusahaan penerima pekerja...

Resmi sudah plurk menjadi barang agak "haram" bagi saya, sejak kehadirannya, blog ini bahkan sampai terlantar hampir tiga bulan, ngeri kali pun...

BTW, saya mau cerita tentang sebuah perusahaan, perusahaan standar, software house... Tapi sistemnya canggih banget!

Jadi si perusahaan ini, begitu menerima spek yang cukup jelas dari satu perusahaan kliennya, dia langsung melombakan semua-muanya kepada orang-orang di seluruh dunia! Keren banget kan...

Yang bikin canggih, definisi semua-muanya tuh bener-bener semuanya! Mulai dari software design, software development, software assembly, bahkan ampe bug race!

Tentunya untuk menarik perhatian para programmer di seluruh dunia, si perusahaan ini menyediakan hadiah yang terbilang lumayan lah... Tentunya si perusahaan ini jadi lebih ringan biaya pengeluarannya, karena dia seperti meng-outsourcing-kan semua pekerjaan developing perangkat lunak... Amazing kan! Jadi dia gak perlu menggaji pegawai buat hal-hal tersebut lagi...

Gara-gara hal ini, saya dan seorang rekan saya pernah berbincang dan berkhayal (KTT* lah yang jelas), terutama menyangkut tingginya angka pengangguran di Indonesia... Saat ini, hampir di segala perusahaan di Indonesia, kalau ada lowongan kerja, maka pendaftarnya bejibun, nah hal ini akan dikomersialisasikan... Caranya? Baca paragraf selanjutnya :D

Jadi rencananya adalah sebagai berikut... Setiap pendaftar lowongan kerja diHARUSkan membayar sejumlah uang tertentu, kemudian jika ia lolos setiap tahap, maka ia akan mendapatkan sejumlah uang tertentu... Hanya itu, simple kan? Jadinya nanti pemasukan perusahaan dari pendaftar kerja, dan perusahaan tidak akan rugi sepeserpun karena pendaftar yang diterima akan diminimalkan seminimal mungkin :D

Kira-kira idenya feasible gak ya? :P

*KTT = Khayalan Tingkat Tinggi

21.9.08

Perubahan itu menyulitkan, kawan...

Udah lama gak nulis di blog, ini semua gara-gara plurk yang bikin kecanduan... Bahaya rekan-rekan, sebelum Anda berpikiran untuk bermain plurk, pastikan bahwa Anda memiliki bandwidth internet unlimited dan kecepatan mengetik yang lumayan (bukannya mencegah)

Perubahan selalu menyulitkan... Saya termasuk pihak yang cukup setuju dengan pernyataan tersebut...

Saya kira perubahan selalu menyebalkan, terutama bagi orang-orang yang terlibat di dalamnya, lebih terutama lagi, bagi orang-orang yang sudah merasakan kenikmatan di dalam kondisi yang lama...

Dulu, sewaktu saya kuliah Sistem Informasi Enterprise, dosen saya, yaitu Pak Windy, pernah bercerita hal yang sama. Katanya, dalam setiap pembuatan sistem baru dari sebuah perusahaan, salah satu faktor utama yang biasanya jadi tolak ukur adalah kebertemanannya dengan pengguna (baca: user friendliness). Ini adalah hal yang kalo di SRS (Software Requirement Specification) biasanya masuk dalam SRS Non-Fungsional, dan sulit diukur secara objektif ketercapaiannya. Hal yang biasanya dijadikan faktor keberhasilan dari hal ini, umumnya dengan meminta umpan balik dari pengguna sesungguhnya, apakah mereka merasa bahwa sistem baru ini cukup berteman dengan dia (baca bagian "baca" di atas) atau tidak...

Dan percayakah teman-teman, bahwa untuk kasus sistem baru dipakai untuk menggantikan sistem lama, hampir semua hasilnya adalah, pengguna merasa sistem yang baru kurang berteman... Kenapa? Masalah kemudahan? Bukan... Ternyata masalah utamanya adalah pada "kebiasaan". Yup, kebiasaan, sebagian besar orang yang membenci sistem baru biasanya berkoar-koar hanya pada saat awal sistem baru itu muncul, dan percayalah, hanya ada dua pilihan dalam waktu yang lama, meninggalkan sistem baru tersebut dan dari sistem tersebut selamanya, atau, terpaksa atau tidak terpaksa, membiasakan diri dengan sistem baru yang ada.

Contoh kasus hal ini banyak, tidak usah jauh-jauh berbicara masalah pejabat kotor yang sudah terbiasa dengan kondisi negara, yang memudahkan dia melakukan korupsi, serta tidak suka jika negara dipimpin orang-orang atau lembaga-lembaga yang lebih benar. Masih banyak contoh yang lebih dekat dengan kita, misalnya Facebook atau Freekick, lihatlah berapa banyak orang yang menentang pergantian tampilan antarmuka dari kedua situs tersebut. Di awal-awal pasti banyak yang memprotes, tapi lihatlah kelanjutannya, berapa banyak yang bertahan lama dan tetap memprotes, saya yakin jumlahnya jauh lebih sedikit daripada orang-orang yang ada di dua kategori yang saya jelaskan pada paragraf sebelumnya.

Yah, itu aja sih... (ujungnya gak seru banget)

16.8.08

Menyontek tidak merugikan orang lain?

Sebenernya, yang bener apa? Menyontek atau mencontek? Saya tidak butuh jawaban "dua-duanya salah, yang bener ngerjain sendiri" karena bukan itu yang saya maksudkan di pertanyaan tersebut... Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang benar adalah menyontek, yang berarti kata dasarnya yang benar adalah sontek dan bukan contek

Kemaren, waktu sedang Sholat Jumat, saya mendengarkan khutbah Jumatnya (hihihi, biasanya saya agak-agak ngantuk) dan setelah saya mendengarnya, saya menyadari bahwa menyontek itu sangat merugikan orang lain...

Seorang teman saya pernah berkata, menyontek tidak merugikan orang lain, toh orang lain itu tidak terganggu, dan toh nilai si orang lain itu tidak akan terkena efek menyonteknya kita... Ternyata itu salah... Tidak peduli tipe dosennya seperti apa, menyontek dapat merugikan orang lain...

Tipe dosen itu ada dua... Yang tipe pertama menggunakan nilai fix sebagai batas nilainya, misalnya 80 A, 70 B, dst dst, dan tipe kedua menggunakan distribusi normal, yang berarti umumnya nilai-nilai cenderung merata dengan jumlah mahasiswa yang mendapat nilai B umumnya paling banyak... Sebenernya ada tipe ketiga dan keempat... Tipe ketiga itu yang me-random nilai mahasiswanya... Tipe keempat itu yang memberikan nilai yang sama untuk semua mahasiswanya... Tapi saya rasa dua tipe terakhir ini kurang relevan, jadi gak dimasukin...

Untuk dosen tipe kedua, sudah jelas menyontek dapat merugikan... Bayangkan, teman Anda yang seharusnya mendapat A, kemudian karena Anda melakukan sontekan (kaya maen bola aja), nilai Anda menjadi diatasnya, dan kemudian nilai teman Anda menjadi B akibat distribusi normal tersebut... Dosanya dobel, melakukan kegiatan sontek mengurangi nilai teman Anda cukup jauh...

Untuk dosen tipe pertama, meskipun tidak begitu kentara merugikannya, tapi tetap saja mungkin merugikan orang lain... Bayangkan sebuah perusahaan memberikan beasiswa, tapi syaratnya, mahasiswa tersebut harus masuk 50 peringkat teratas (dalam sisi nilai) di jurusannya pada angkatan tersebut... Seorang mahasiswa yang seharusnya berperingkat 50, akibat kecurangan Anda, akhirnya menjadi peringkat 51 (karena nilai Anda naik akibat kecurangan Anda) dan dia tidak bisa berusaha mendapatkan sang beasiswa...

Jadi... Jauhilah Sifat Mencontek!!! [ZFM08]

6.7.08

Pahlawan Jalanan

Pernah gak temen-temen bermimpi jadi "pahlawan" kaya Robin Hood? Meskipun dalam taraf yang agak sedikit berbeda, intinya menjadi orang untuk memperbaiki keadaan, tapi dengan cara yang salah... Pernah gak terpikir seperti itu?

Saya, jelas pernah...

Gatau sejak kapan kepikiran hal kayak gitu, mungkin sejak SMA kali yaa, ngeliat realitas (halah... realitas) bangsa ini yang carut-marut gini, pengen deh memperbaiki keadaan dengan cara yang agak kejam, kalo caranya sopan santun, dah gak jamannya lagi di Indonesia pake cara yang sopan santun, harus kasar sekalian kalo mau....

Satu-satunya hal yang kepikiran itu, benerin lalu lintas di jalan raya Indonesia... Okey ceritanya kita ambil kasus di Bandung dulu aja... Kayanya seru aja kalo kepikiran lalu lintas di Bandung rapi, tentram, gak pake macet, gak pake ada angkot-angkot tolol (baca: gak pake ada supir-supir angkot tolol). Kayanya suasana Bandung sedikit membaik lah, meskipun global warming tetep terjadi, tapi gapapa lah...

Langkah-langkah yang akan saya lakukan untuk menjadi penegak jalanan ini adalah:
1. Buat aturan "jalanan", semacam bikin rambu-rambu lalu lintas tidak resmi yang berguna untuk melengkapi rambu-rambu lalu lintas yang sudah ada, kemudian juga menambahkan halte-halte untuk angkot, supaya gak ada lagi angkot-angkot tolol, lalu menambahkan beberapa zebra cross, soalnya kayanya tempat nyebrang di Indonesia terlalu sedikit.

2. Bikin aturan-aturan di jalan, semacam MOTOR HARUS JALAN DI KIRI, BELOK HARUS DARI LAJUR YANG SESUAI, BELOK KANAN HARUS PAKE SIGN, JALAN HARUS DI LAJUR YANG VALID (TIDAK DI TENGAH-TENGAH), ANGKOT HANYA BOLEH BERHENTI DI HALTE, PENUMPANG HANYA BOLEH MEMBERHENTIKAN ANGKOT DI HALTE, MENYEBERANG HARUS DI ZEBRA CROSS, NAIK MOBIL HARUS MEMAKAI SEAT BELT.

3. Untuk setiap ketololan yang dilakukan pelaku jalanan, sebagai penegak jalanan yang tidak resmi, tentunya hukumannya juga hukuman jalanan. Mulai dari pengempisan ban kendaraan, pengempisan semua ban kendaraan, pelemparan kendaraan dengan batu, sampai penghancuran kendaraan (tanpa menghancurkan orangnya), dan di semua "hukuman" itu, bakal ada pesan pelanggaran yang dilakukan oleh pengemudi, semua tergantung beratnya "dosa" orang yang melakukan pelanggaran "Undang-undang Jalanan" ini.

Tapi, satu hal yang pasti, semua aturan diatas akan dijalankan diam-diam, sehingga semua orang yang kena "hukuman" tidak akan mengetahui siapa pelaku "keadilan" atas kejadian yang menimpa kendaraannya. Jadi ia tidak tahu harus menuntut ke siapa, pemerintah? Pemerintah juga tidak akan tahu siapa pelaku "keadilan" jalanan ini... Jadi pastinya saya akan membuat sebuah organisasi besar untuk mengawasi keadaan jalan-jalan di seluruh Bandung, kemudian menjalankan aksi "keadilan" untuk setiap pelanggar jalanan, tapi organisasi ini tidak boleh diketahui oleh siapapun, wawawawawa.... What a dream!

[OOT Mode]
Supaya bisa bikin organisasi sebesar itu, perlu dana yang besar, untuk punya dana yang besar, harus jadi kaya, untuk jadi kaya, harus kerja keras, untuk bisa kerja, harus lulus dulu, untuk lulus, harus selesain TA dulu... Ayo semangat TA!!
[/OOT Mode]

10.6.08

Jalan dimana yaa...

Pertanyaan yang beberapa kali terpikirkan di dalam benak, meski tidak merasuk ke dalam hati... Halah halah...

Menurut rekan-rekan, dimanakah tempat berjalan kaki untuk seorang pejalan kaki di jalan raya, pada kasus jalan tersebut adalah jalan 2 arah? Di arah yang sama dengan arah kendaraan atau di arah yang berlawanan? Beberapa teman saya, yang anak IF juga, yang sudah kena "racun" dari Bu Inge, berpendapat bahwa jalan dimanapun sama, dalam hal di Indonesia berarti di kiri selalu, yang berarti searah dengan arah kendaraan. Beda pendapat dengan saya, menurut saya, jalan itu seharusnya berlawanan dengan arah kendaraan melaju, yaitu di kanan (untuk kasus di Indonesia), meski saya tidak memungkiri bahwa "racun" dari Bu Inge ada benarnya, yaitu pada saat kita berjalan di jalan yang memang khusus pejalan kaki (misalnya di dalam mall atau di dalam labtek V), yang saya sendiri tidak tahu apa alasan saya setuju.

Mengapa saya berpendapat demikian? Alasannya sederhana saja menurut saya, menjaga keselamatan diri sendiri, terutama jika dilakukan di Indonesia. Di Indonesia, sedikit sekali trotoar yang berfungsi selayaknya, jadi orang berjalan di jalan raya, atau jalan untuk kendaraan. Bayangkan jika kita berjalan dan sering-sering harus melihat ke arah belakang, khawatir ada kendaraan melaju, apalagi dengan kecepatan tinggi. Sangat tidak aman menurut saya. Beda dengan jika kita berjalan di sisi kanan, kita akan melihat mobil dari arah yang berlawanan, sehingga merasa lebih aman (menurut saya itu loh). Untuk kasus tidak di Indonesia, atau di negara di mana fungsi trotoar benar sebagaimana mestinya, saya pun tidak merasa ada yang salah dengan pendapat saya, karena tetap lebih aman dan lebih memungkinkan untuk menghindari kecelakaan.

Jadi, gimana pendapat rekan-rekan sekalian??